Guru honorer dibawah UMR #MIRIS
![]() |
Sidang Skripsi 14 Juli 2016 |
Beberapa waktu yang lalu setelah saya dinyatakan lulus, kegalauan menyelimuti diri saya. Apa yang harus saya lakukan setelah ini? Gelar saya S.Pd tapi ketika saya melihat kenyataan sebagai guru dibeberapa lokasi hati saya kikuk. Akhirnya saya memutuskan untuk menjadi pengusaha saja. Ya, pengusaha, orang yang selalu berusaha, nggak usaha sehari aja nggak dapet duit, wkwkwk....
Hari demi hari pun berganti dan saya bertemu dengan rekan - rekan sejawat, disitu saya mendengar beberapa cerita pahit dan manisnya bekerja. Ada yang bekerja menjadi karyawan, programmer, guru, dan sama seperti saya saat ini. Mereka yang bekerja sebagai karyawan maupun guru mengeluh tentang gaji dibawah UMR, guru misalnya yang digaji 22.500 - 30.000 di daerah saya. Menurut saya itu kurang sekali jika jam kerja guru tersebut dibawah 20 jam, rekan - rekan yang bekerja startup seperti saya mengeluhkan hal yang lain, yaitu tenaga yang terforsir. Namun ada juga cerita manis dari mereka seperti seorang guru yang mendapat bonus tambahan ketika menjadi pengawas, dsbnya.
Hari ini saya sedikit terhenyak ketika delivery seperti biasa, rekan saya sempat bercerita tentang mirisnya gaji guru honorer di sekolah swasta. Ia hanya mendapat gaji perjamnya RP 22.500 dan perbulannya mendapat sekitar 600 - 800an ribu. Apakah cukup di kota solo? Kalau untuk orang perantauan gaji tersebut sangatlah minim. Walaupun di solo segala sesuatunya murah tapi untuk hidup tak cukup hanya murah saja tapi realitanya butuh liburan, sosial, dsbnya yang menguras dompet. Setelah itu tiba - tiba saja saya teringat pada performa guru - guru yang mengajar saya dulu, ketika mereka mengajar, beberapa dari mereka tidak fokus mengajar justru mencari gaji tambahan dengan meninggalkan kelas dan memberikan tugas sebagai gantinya. Dulu saya marah akan hal tersebut, jelas hal tersebut tidak dapat dibenarkan. Mana bisa peserta didik pandai hanya dengan tugas? tapi saya kini menyadari bahwa gaji mereka tak cukup dan hati saya berkecamuk. Bagaimana mereka bisa fokus mengajar dan mencerdaskan muridnya kalau hidup mereka tidak sejahtera?
Namun, beberapa minggu yang lalu saya bertemu dengan seorang guru profesional dari SLB, dia sudah sertifikasi, mau tau gajinya? Ya, sekitaran 10 - 15 jutalah katanya saat itu. Wau istimewa ya...
Jadi kesimpulannya untuk menjadi guru ya harus bersabar, meniatkan diri dengan tulus untuk mendidik anak - anak. Suatu saat pasti akan mendapatkan penghasilan lebih. Tapi penghasilan itu datangnya kapan? tergantung dari masing - masing guru tersebut dengan berusaha dan doa tentunya.
Comments
Post a Comment